Pendirian startup bernama Frank oleh Charlie Javice telah membuatnya terjerat dalam skandal besar yang melibatkan JPMorgan, bank raksasa asal Amerika Serikat. Penipuan yang dilakukan oleh Javice diperkirakan mencapai sekitar US$175 juta, dan kini ia tengah menjalani hukuman penjara lebih dari tujuh tahun akibat perbuatannya tersebut.
Dalam proses hukum yang berjalan, terungkap fakta-fakta mencengangkan mengenai pengeluaran Javice yang dibiayai oleh JPMorgan. Beberapa pengeluaran yang dibongkar antara lain mencakup biaya pengacara, peningkatan fasilitas hotel mewah, serta sejumlah belanja pribadi yang tidak lazim untuk seorang terdakwa.
Dokumen hukum terbaru menyebutkan bahwa Javice telah menghabiskan lebih dari US$60 juta untuk biaya hukum, yang menurut JPMorgan, merupakan angka yang tidak masuk akal. Hal ini bahkan melampaui biaya hukum yang dikeluarkan untuk Elizabeth Holmes, pendiri Theranos yang juga terjerat kasus penipuan.
Skandal Penipuan yang Melibatkan Data Palsu
Pada tahun 2021, JPMorgan melakukan akuisisi terhadap startup Frank dengan nilai sebesar US$175 juta. Namun, setelah akuisisi, bank menemukan bahwa sebagian besar data pengguna yang di klaim oleh Frank ternyata palsu. Hal ini memicu gugatan dari pihak JPMorgan yang merasa dirugikan.
Tak lama kemudian, kasus ini menarik perhatian jaksa federal dan berlanjut ke pengadilan. Javice akhirnya dinyatakan bersalah dalam kasus penipuan ini dan dijatuhi hukuman penjara, sementara proses hukum masih berlangsung di tingkat yang lebih tinggi.
Selama proses hukum, Javice berhasil memenangkan keputusan yang mewajibkan JPMorgan menanggung semua biaya hukum yang ditimbulkannya. Ini menimbulkan kontroversi, karena banyak yang menilai bahwa seharusnya pengeluaran tersebut tidak menjadi tanggungan bank.
Penyalahgunaan Anggaran Hukum yang Sangat Besar
Dalam pengajuan hukum terbaru, terungkap bahwa Javice menyewa lima firma hukum bersamaan, yang membuat total tim hukum mencapai 77 pengacara. JPMorgan menuduh bahwa tim hukum tersebut memperlakukan proses litigasi seolah-olah adalah “cek kosong”, yang dapat membuat mereka memungut biaya tanpa batas.
Beberapa pengacara yang terlibat dalam kasus ini dikenal sebagai pengacara terkemuka, dengan beberapa di antaranya pernah membela nama-nama besar seperti Elon Musk dan Harvey Weinstein. Ini menunjukkan betapa seriusnya kasus ini dan sejauh mana pengaruh biaya hukum dapat berjalan.
JPMorgan mengklaim telah mengeluarkan sekitar US$115 juta untuk menutupi biaya hukum yang ditagih oleh Javice dan mantan pejabat Frank lainnya. Jika tren ini dibiarkan berlanjut, bank khawatir bahwa biaya hukum dapat mencapai jumlah yang setara dengan total penipuan yang dilakukan.
Reaksi Terhadap tuduhan Penggunaan Dana untuk Keperluan Pribadi
Ketika dituduh menggunakan dana bank untuk membiayai barang-barang pribadi, termasuk produk tertentu dan peningkatan fasilitas hotel, juru bicara Javice membantah klaim ini. Ia menyatakan bahwa semua tindakan yang dilakukan oleh Javice telah sesuai dengan aturan internal JPMorgan.
Javice mengklaim bahwa selama menjadi karyawan, semua pengeluaran yang dilakukannya sesuai dengan tata cara yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Juru bicara menolak menanggapi tuduhan penggunaan dana untuk hal-hal yang tidak relevan dengan proses hukum.
Berdasarkan informasi yang beredar, ia membeli barang-barang kecil seperti es krim sesuai dengan panduan etika yang dimiliki oleh JPMorgan. Namun, hal ini tidak mengurangi kontroversi yang menyelimuti kasusnya.




