Di tengah ketidakpastian ekonomi global yang semakin meningkat, banyak negara mencari alternatif untuk melakukan transaksi internasional. Salah satu cara yang semakin populer adalah melalui skema penyelesaian mata uang lokal, atau local currency settlement (LCS), yang memungkinkan negara-negara tersebut bertransaksi tanpa bergantung pada dolar AS.
Dengan perkembangan ini, Bank Indonesia (BI) menunjukkan komitmen untuk memperluas jaringan kerja sama LCS dengan lebih banyak negara. Menurut Deputi Gubernur Senior BI, Destry Damayanti, beberapa negara seperti India, Singapura, dan Hong Kong telah menunjukkan minat untuk menjalani kerjasama dalam skema ini, mengindikasikan perubahan dalam arsitektur finansial global.
Destry mengungkapkan bahwa perjanjian kerja sama telah terjalin dengan India dan Singapura, sementara Hong Kong masih dalam tahap penjajakan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak negara yang tidak ingin tergantung pada dolar dan berupaya meningkatkan penggunaan mata uang lokal mereka.
Tren Global dalam Transaksi Internasional Menggunakan LCS
Seiring dengan meningkatnya permintaan untuk bertransaksi tanpa dolar, lebih banyak negara terlibat dalam skema LCS. Negara-negara Asia seperti Malaysia, Thailand, dan Jepang sudah lebih dulu memanfaatkan metode ini untuk meningkatkan efisiensi dalam perdagangan.
LCS tidak hanya menguntungkan dalam hal mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS, tetapi juga membantu stabilisasi nilai tukar mata uang lokal. Pendekatan ini, menurut Destry, dapat memitigasi risiko fluktuasi nilai tukar yang sering terjadi dalam perdagangan internasional.
Setiap negara yang terlibat dalam skema ini memiliki potensi untuk mengembangkan hubungan dagang yang lebih kuat. Dengan meningkatkan penggunaan mata uang lokal dalam transaksi, negara-negara tersebut berharap dapat mendorong pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Statistik Menarik Seputar Transaksi LCS di Indonesia
Di Indonesia sendiri, skema LCS sudah menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan. Hingga November 2025, total nilai transaksi LCS telah mencapai angka yang signifikan, yaitu US$ 22,13 miliar, yang setara dengan Rp 369,56 triliun.
Peningkatan ini mencerminkan antusiasme negara-negara mitra dalam melakukan transaksi dengan Indonesia. Destry mencatat bahwa angka ini naik drastis dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, yang hanya mencapai US$ 12,5 miliar.
Data ini bukan hanya angka di atas kertas, melainkan tanda nyata dari kemajuan yang telah dicapai melalui kerjasama internasional. Pihak BI berkomitmen untuk terus memperluas cakupan LCS demi keuntungan ekonomi nasional.
Strategi Peningkatan Kerjasama LCS di Masa Depan
Ke depan, BI berencana untuk memperluas kerja sama LCS dengan negara-negara lain. Adanya kerja sama ini perlu didorong dengan pendekatan yang sistematis dan terencana agar hasil yang diinginkan dapat tercapai.
Implementasi kebijakan yang mendukung pertumbuhan LCS menjadi sangat penting untuk menarik lebih banyak negara terlibat. BI juga akan berusaha untuk menyajikan platform yang lebih memungkinkan dan menguntungkan bagi negara yang ingin menjalin kerjasama.
Dalam konteks ini, pendidikan dan sosialisasi tentang manfaat LCS juga perlu dilakukan kepada pelaku bisnis. Hal ini penting agar semakin banyak pihak yang memahami potensi besar yang bisa diraih melalui skema ini.




