Perkembangan industri perawatan pesawat terbang atau Maintenance, Repair, and Overhaul (MRO) di Indonesia menunjukkan tren positif yang mengesankan. PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMF AeroAsia) telah menargetkan pertumbuhan pendapatan sebesar 10 persen pada tahun 2025, diiringi oleh estimasi laba bersih mencapai USD 28 juta.
Meskipun optimisme ini terlihat menjanjikan, sektor MRO dihadapkan pada sejumlah tantangan serius. Salah satu masalah utamanya adalah ketersediaan material untuk mesin pesawat yang mengalami keterlambatan pengiriman dari produsen, yang berdampak pada waktu penyelesaian perawatan pesawat.
GMF AeroAsia percaya bahwa industri MRO masih berada dalam fase awal pemulihan pascapandemi COVID-19. Mereka memperkirakan bahwa dalam waktu lima tahun ke depan, permintaan untuk layanan yang mereka tawarkan akan meningkat signifikan seiring dengan pulihnya aktivitas penerbangan global.
Akan tetapi, tantangan ini memicu pertanyaan penting: bagaimana prospek dan hambatan yang harus dihadapi oleh industri MRO ke depan? Mari kita simak lebih dalam mengenai dinamika ini melalui wawancara dengan Andi Fahrurrozi, Direktur Utama GMF AeroAsia.
Prospek Pertumbuhan Bisnis MRO di Indonesia pada Tahun 2025
Dalam beberapa tahun terakhir, industri MRO di Indonesia terus menunjukkan potensi yang semakin besar. Permintaan akan perawatan pesawat diprediksi akan tumbuh seiring dengan peningkatan jumlah armada yang beroperasi di wilayah ini.
Kenaikan jumlah penumpang dan penerbangan juga mendorong peningkatan kebutuhan akan layanan MRO. Hal ini menjadikan peluang untuk pertumbuhan yang cukup menjanjikan bagi perusahaan-perusahaan di sektor ini.
Pada tahun 2025, GMF AeroAsia berharap untuk memanfaatkan momentum pemulihan industri penerbangan. Mereka berkomitmen untuk memperluas jangkauan layanan dan menyediakan fasilitas yang lebih modern untuk menghadapi permintaan yang meningkat.
Salah satu strategi yang diambil oleh GMF AeroAsia adalah meningkatkan kerja sama dengan pihak-pihak terkait, termasuk maskapai penerbangan dan produsen suku cadang. Kolaborasi ini diharapkan dapat mengurangi dampak keterlambatan pengiriman material yang selama ini menjadi kendala.
Tantangan Ketersediaan Material di Sektor MRO
Tantangan terbesar yang dihadapi oleh industri MRO saat ini adalah ketersediaan material dan suku cadang pesawat. Banyak produsen suku cadang mengalami kesulitan dalam memenuhi permintaan pasar akibat gangguan rantai pasok.
Hal ini tentunya berpengaruh langsung pada waktu penyelesaian perawatan dan perbaikan pesawat. Ketika suku cadang terlambat tiba, maka proses maintenance pun terpaksa molor, menyebabkan kerugian bagi maskapai yang membutuhkan pesawatnya segera kembali beroperasi.
GMF AeroAsia berusaha untuk mengatasi isu ini dengan memperkuat sistem manajemen rantai pasok. Mereka juga sedang mengeksplorasi alternatif sumber suku cadang yang dapat diandalkan untuk meminimalkan risiko keterlambatan di masa mendatang.
Dengan strategi yang tepat, diharapkan tantangan ini bisa diatasi secara efektif, sehingga industri MRO dapat beroperasi dengan lebih efisien dan responsif terhadap kebutuhan pasar.
Dampak Pandemi COVID-19 terhadap Industri MRO
Gelombang pandemi COVID-19 telah memberikan dampak yang signifikan terhadap industri penerbangan termasuk sektor MRO. Saat penerbangan global terhenti, banyak proses perawatan dan perbaikan pesawat yang harus ditunda.
Kondisi ini tidak hanya membuat jadwal maintenance pesawat terganggu, tetapi juga menciptakan backlog yang cukup besar. Banyak perusahaan MRO terpaksa beradaptasi dengan situasi yang tidak terduga ini untuk menjaga kelangsungan bisnis.
Dalam beberapa waktu ke depan, industri MRO diharapkan dapat mengambil pelajaran dari pengalaman ini untuk meningkatkan ketahanan dan fleksibilitas operasional. Integrasi teknologi baru seperti otomatisasi dan digitalisasi menjadi salah satu langkah strategis untuk meminimalkan risiko serupa di masa depan.
Dampak jangka panjang dari pergeseran ini kemungkinan besar akan membentuk cara perusahaan MRO merencanakan dan melaksanakan operasi mereka. Penggunaan teknologi yang lebih canggih diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan kualitas layanan secara keseluruhan.




