Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat seringkali mengalami fluktuasi yang signifikan. Namun, hal ini tampaknya tidak banyak memengaruhi lonjakan utang pemerintah Indonesia, karena mayoritas utang tersebut berbentuk rupiah.
Data resmi dari pemerintah menunjukkan bahwa pada akhir Juni 2025, total utang pemerintah mencapai Rp 9.138,05 triliun. Dari angka tersebut, rupiah mendominasi dengan jumlah mencapai Rp 6.554,95 triliun, sementara utang dalam dolar AS tercatat sebesar Rp 1.755,30 triliun.
Selain itu, terdapat juga komponen utang dalam yen Jepang yang mencapai Rp 283,19 triliun dan euro Eropa yang berjumlah Rp 519,49 triliun. Sisa dari total tersebut diperoleh dari mata uang lainnya yang berkontribusi Rp 25,11 triliun.
Perbandingan Proporsi Utang dalam Berbagai Mata Uang
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, Suminto, menjelaskan pentingnya komposisi utang dalam menghadapi fluktuasi kurs. Ia menyatakan bahwa jika mayoritas utang dalam valuta asing, risiko terhadap pergerakan kurs akan meningkat.
Secara keseluruhan, utang pemerintah dalam bentuk valuta asing hanya mencapai 28,3% dari total utang. Angka ini turun dari 28,7% pada tahun 2024, menunjukkan bahwa proporsi utang dalam valuta asing semakin kecil dibandingkan masa lalu.
Pada tahun 2020, misalnya, proporsi utang dalam bentuk valuta asing mencapai 33,5%. Penurunan ini menunjukkan strategi pemerintah dalam mengurangi ketergantungan pada utang dalam mata uang asing.
Tren Utang Pemerintah yang Stabil
Per Juni 2025, utang pemerintah yang berdenominasi rupiah terus mendominasi, mencapai 71,73%. Angka ini sedikit meningkat dari proporsi 71,39% pada tahun 2024, mengindikasikan stabilitas dalam pengelolaan utang.
Sementara itu, utang dalam dolar AS menurun menjadi 19,21% dari sebelumnya 20,45% pada tahun 2024. Penurunan ini menambah kepercayaan bahwa pemerintah dapat mengelola risiko valuta asing dengan lebih baik.
Utang dalam mata uang yen Jepang kini berada di angka 3,10%, sedangkan euro menunjukkan peningkatan menjadi 5,68%. Status utang dari mata uang lain turun menjadi 0,27%, menunjukkan bahwa pemerintah berupaya menjaga komposisi utang yang sehat.
Pengaruh Fluktuasi Kurs terhadap Utang Pemerintah
Pemerintah percaya bahwa komposisi utang saat ini memberikan stabilitas dalam menghadapi gejolak nilai tukar. Seiring dengan penurunan total utang dari Rp 9.177,48 triliun pada Mei 2025 menjadi Rp 9.138,05 triliun pada Juni 2025, pemerintah tetap optimis.
Suminto menambahkan bahwa jika terjadi depresiasi rupiah, kewajiban dalam dolar AS akan dapat dikelola dengan baik. Hal ini disebabkan oleh eksposur terhadap valuta asing yang terbilang rendah, yaitu hanya 28% dari total utang.
Dengan komposisi utang yang stabil, pemerintah merasa lebih siap untuk menghadapi risiko yang mungkin timbul akibat perubahan nilai tukar. Kebijakan yang bijak dan pengelolaan risiko yang efektif menjadi kunci utama dalam mengatasi tantangan ini.