- Pinjaman yang Tidak Pernah Ia Ambil dan Dampaknya
- Sistem Pinjaman yang Gagal Melakukan Pencegahan dan Akibatnya
- Kecanduan Judi yang Menghancurkan Hubungan Keluarga dan Dampaknya
- Kesehatan Kristin yang Memburuk akibat Tekanan Utang yang Berkepanjangan
- Jalur Kebangkrutan sebagai Solusi Terakhir untuk Menghapus Utang
- Utang Sebagai Masalah Sistemik yang Lebih Luas
Pengajuan kartu kredit sering kali menjadi langkah awal dalam membangun rekam jejak finansial yang sehat. Namun, bagi beberapa orang, proses ini bisa mengungkapkan fakta mengejutkan yang tak terduga. Hal ini terjadi pada Kristin Collier saat usianya masih 22 tahun, yang mengalami pengalaman mengejutkan ketika mengajukan kartu kredit.
Permohonan kartu kredit yang diajukan oleh Kristin ditolak, karena namanya tercatat memiliki utang lebih dari $200.000, atau sekitar Rp3,3 miliar. Yang membuatnya lebih terkejut, ia tidak pernah mengajukan pinjaman apapun.
Temuan ini mengarahkan Kristin pada fakta mengejutkan bahwa identitasnya telah digunakan oleh orang lain untuk mengambil pinjaman secara ilegal.
Pinjaman yang Tidak Pernah Ia Ambil dan Dampaknya
Penelusuran yang dilakukan Collier mengungkap kenyataan yang menyedihkan: utang tersebut diajukan oleh ibunya sendiri, yang sedang berjuang dengan kecanduan judi. Hal ini tidak hanya merusak reputasi kredit Kristin, tetapi juga menghancurkan hubungan keluarganya.
Kristin menceritakan pengalamannya dalam wawancara yang mendalam, di mana ia menegaskan bahwa ibunya mengakui penggunaan identitasnya untuk memperoleh pinjaman. Ini menambah beban emosional yang harus ia tanggung di samping kemarahan terhadap situasi yang menimpanya.
Dalam bukunya yang terbaru, “What Debt Demands: Family, Betrayal, and Precarity in a Broken System,” Kristin menuturkan perjalanan panjang selama hampir sepuluh tahun untuk membersihkan namanya dari utang yang bukan miliknya.
Sistem Pinjaman yang Gagal Melakukan Pencegahan dan Akibatnya
Kristin menilai bahwa kejadian ini bukan hanya kesalahan dari ibunya, namun juga akibat lemahnya sistem verifikasi yang terdapat dalam sektor pinjaman swasta. Ia berpendapat bahwa jumlah pinjaman yang disetujui lembaga kredit seringkali jauh melampaui biaya pendidikan yang seharusnya.
Ia merasa seharusnya lembaga pemberi pinjaman dapat mendeteksi anomali dalam riwayat kreditnya sejak awal, sehingga situasi seperti ini tidak perlu terjadi. Sayangnya, proses untuk membuktikan bahwa utang tersebut bukan miliknya menjadi sangat rumit dan menyakitkan.
Kristin yang tidak ingin melaporkan ibunya kepada pihak berwajib menghadapi tantangan lebih lanjut, karena banyak lembaga keuangan menolak memberikan akses untuk proses banding atau pemutihan utang.
Kecanduan Judi yang Menghancurkan Hubungan Keluarga dan Dampaknya
Kecanduan judi ibunya mulai berkembang pesat ketika Kristin mulai menempuh pendidikan tinggi dan tinggal jauh dari rumah. Kristin mengamati bahwa industri kasino dirancang untuk memaksimalkan kerugian pemain melalui sistem yang sangat adiktif.
Ia menduga bahwa sebagian besar dana dari pinjaman ilegal tersebut dihabiskan untuk berjudi, sedangkan sebagian lainnya mungkin digunakan untuk menutupi kebutuhan rumah tangga yang semakin tertekan akibat kecanduan judi. Ini benar-benar mengubah dinamika keluarganya secara drastis.
Kesehatan Kristin yang Memburuk akibat Tekanan Utang yang Berkepanjangan
Tekanan psikologis yang dihadapi Kristin serta teror dari penagih utang mendorong kondisi kesehatan fisiknya menurun. Ia mengalami masalah lambung, infeksi berulang, dan stres yang berkepanjangan, yang semuanya memengaruhi kualitas hidupnya.
Dengan cicilan hampir mencapai $2.000 per bulan, Kristin merasa terjebak dalam sistem yang tidak adil, di mana pendapatannya habis untuk membayar utang yang bukan miliknya. Masa depannya terasa kelam, dan hubungan dengan ibunya menjadi semakin renggang.
Jalur Kebangkrutan sebagai Solusi Terakhir untuk Menghapus Utang
Setelah bertarung selama hampir sepuluh tahun untuk mendapatkan keadilan, Kristin akhirnya memutuskan untuk menggunakan jalur kebangkrutan sebagai cara untuk membuka ruang negosiasi dengan lembaga pemberi pinjaman. Dalam proses ini, ia, ibunya, dan lembaga pinjaman menandatangani dokumen untuk menghapus utang tersebut dari namanya.
Meskipun langkah ini berhasil, Kristin menekankan bahwa tidak semua peminjam memiliki akses ke solusi semacam itu, terutama karena pinjaman pendidikan di Amerika memiliki regulasi yang ketat dan tidak seragam. Ini menjadikannya sulit bagi banyak orang yang terjebak dalam situasi serupa.
Utang Sebagai Masalah Sistemik yang Lebih Luas
Kisah Kristin Collier menggarisbawahi bahwa beban utang pendidikan tidak hanya berdampak pada individu semata, tetapi lebih jauh lagi, dapat memengaruhi seluruh keluarga, terutama bagi mereka yang berasal dari latar belakang berpenghasilan rendah. Hal ini menunjukkan bahwa isu utang lebih kompleks daripada sekadar pilihan individu.
Seiring dengan bunga yang mencapai lebih dari 10%, penghasilan keluarga semakin tergerus untuk membayar cicilan yang membebani, hingga menyulitkan mereka dalam memenuhi kebutuhan lainnya. Bahkan, Kristin mendapati keluarganya kesulitan untuk menyediakan perawatan kesehatan bagi anggotanya yang sedang sakit akibat dampak finansial yang parah ini.
Saat ini, Kristin yang juga seorang ibu, berusaha aktif untuk mencegah anaknya mengalami hal serupa dengan memperjuangkan pentingnya pendidikan tinggi publik yang gratis. Melalui pekerjaan di sektor nonprofit, ia menyuarakan urgensi dan solusi jangka panjang untuk masalah utang yang dihadapi banyak orang saat ini.




