Menteri Koordinator Bidang Pangan baru-baru ini mengumumkan bahwa mulai tahun 2026, Indonesia akan menggunakan bensin yang dicampur dengan etanol atau metanol sebesar 10 persen. Langkah ini merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk mencapai kemandirian energi nasional dan mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil impor.
Kebijakan ini juga diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap perekonomian nasional. Dengan meningkatnya permintaan akan sumber daya energi yang lebih bersih, diharapkan akan memacu pertumbuhan sektor pertanian lokal.
Dalam acara pembukaan Trade Expo Indonesia ke-40, menteri yang akrab disapa Zulhas tersebut mengungkapkan bahwa rencana ini juga mencerminkan komitmen pemerintah untuk meningkatkan kedaulatan nasional di bidang pangan dan energi. Dengan adopsi biofuel, Indonesia berpotensi untuk mengurangi ketergantungan pada solar impor.
Langkah Strategis Menuju Kemandirian Energi Nasional
Kebijakan baru ini tidak hanya bertujuan untuk mendiversifikasi sumber energi, tetapi juga untuk mendorong hilirisasi industri. Menurut Zulhas, tiga program utama menjadi fokus dalam memperkuat kedaulatan nasional, yaitu hilirisasi industri, Makan Bergizi Gratis, dan swasembada pangan serta energi.
Ia menjelaskan bahwa untuk mencapai kemandirian energi, Indonesia harus mampu memproduksi dan menggunakan sumber energi terbarukan secara maksimal. Dengan meningkatnya penggunaan biofuel, harapannya adalah tidak ada lagi impor solar dalam waktu dekat.
Langkah menuju penggunaan etanol 10 persen ini diharapkan bisa menjadi stimulan bagi pertumbuhan ekonomi. Ketika produksi etanol meningkat, maka akan ada kebutuhan akan jagung, singkong, dan tebu sebagai bahan baku.
Peluang untuk Sektor Pertanian dan Industri Lokal
Peningkatan permintaan terhadap bahan baku seperti jagung dan singkong akan mendorong para petani untuk lebih produktif. Zulhas berpendapat bahwa dengan adanya program ini, tanah-tanah yang sebelumnya tidak dimanfaatkan dapat menjadi lahan produktif.
Dengan adanya insentif untuk pertanian berbasis biofuel, para petani akan lebih terdorong untuk menanam komoditas yang akan memiliki nilai jual tinggi. Ini tentunya menciptakan peluang bagi industri lokal untuk berkontribusi lebih banyak pada ekonomi nasional.
Pemerintah juga berkomitmen untuk mendukung petani melalui pelbagai program yang bisa meningkatkan kapasitas produksi. Dalam konteks ini, petani dianggap sebagai garda terdepan dalam mewujudkan visi kemandirian pangan dan energi.
Kebijakan Energi yang Berkelanjutan dan Ramah Lingkungan
Langkah pemerintah untuk mendorong pencampuran etanol dalam bahan bakar adalah sejalan dengan upaya untuk mengurangi emisi. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menyiapkan sejumlah langkah untuk memastikan bahwa pencapaian target Net Zero Emission pada tahun 2060 bisa terwujud.
Dengan mengganti komponen bahan bakar fosil dengan biofuel, pemerintah berharap dapat menciptakan energi yang lebih bersih dan ramah lingkungan. Hal ini tentunya akan berkontribusi pada pemeliharaan lingkungan hidup yang lebih baik untuk generasi mendatang.
Pertamina juga telah menyatakan kesiapan untuk memenuhi kebijakan baru ini. Dengan adanya dukungan dari perusahaan besar seperti Pertamina, implementasi rencana ini bisa lebih terencana dan terstruktur, yang pada akhirnya akan memperkuat kemandirian energi Indonesia.