Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral telah menekankan pentingnya investasi besar bagi hilirisasi komoditas di Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut, angka yang dibutuhkan mencapai sekitar US$618 miliar, yang setara dengan Rp10.224,18 triliun, dengan asumsi kurs dolar AS sekitar Rp16.543. Investasi ini diharapkan dapat menciptakan banyak manfaat bagi perekonomian, termasuk nilai tambah dan peningkatan lapangan kerja.
Bahlil Lahadalia menegaskan bahwa hilirisasi dapat berkontribusi signifikan dalam meningkatkan pendapatan negara. Ia menyebutkan bahwa dari 20 komoditas unggulan yang sedang dikerjakan, investasi yang diperlukan sangat besar, namun hasilnya akan sebanding dengan upaya yang dilakukan.
Pada acara Investor Daily Summit yang berlangsung di Jakarta, Bahlil mengungkapkan bahwa program hilirisasi ini berpotensi menciptakan sekitar tiga juta lapangan kerja baru, khususnya dalam sektor mineral, batu bara, hingga minyak dan gas. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya kebijakan tersebut bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Mengapa Hilirisasi Sangat Penting untuk Ekonomi Indonesia?
Hilirisasi tidak hanya menjanjikan penciptaan lapangan kerja, tetapi juga memperkuat posisi Indonesia di pasar global. Dengan mengolah bahan mentah menjadi produk jadi, Indonesia dapat meningkatkan nilai ekspornya secara signifikan.
Contohnya, pada tahun 2017-2018, nilai ekspor nikel Indonesia hanya mencapai US$3,3 miliar. Namun, setelah kebijakan hilirisasi diterapkan, nilai ekspor nikel diprediksi akan mencapai antara US$35 miliar hingga US$40 miliar pada tahun 2023-2024.
Penerapan hilirisasi ini juga bisa mengurangi ketergantungan pada pasar bahan baku internasional, memberikan kemandirian kepada negara dalam memproduksi barang-barang yang diperlukan. Oleh karena itu, kebijakan ini sangat strategis bagi Indonesia.
Tantangan yang Dihadapi dalam Implementasi Hilirisasi
Meskipun banyak manfaat yang ditawarkan, implementasi kebijakan hilirisasi tidak selalu berjalan mulus. Bahlil mengakui bahwa ada penolakan terhadap kebijakan ini, termasuk demonstrasi dari pihak-pihak yang merasa dirugikan.
Contohnya, ketika kebijakan penghentian ekspor ore nikel diimplementasikan, ia menghadapi berbagai protes. Banyak pihak yang khawatir kebijakan tersebut akan merugikan usaha mereka.
Namun, Bahlil tetap optimis bahwa keputusan tersebut adalah langkah yang tepat untuk meningkatkan nilai tambah produk Indonesia. Ia percaya bahwa keberanian dalam mengambil keputusan tersebut akan menghasilkan buah yang manis di masa depan.
Manfaat Perekonomian dari Hilirisasi
Hilirisasi lebih dari sekadar strategi ekonomi; ia adalah salah satu kunci untuk mendorong pertumbuhan jangka panjang. Dengan transformasi bahan mentah menjadi barang siap pakai, potensi pajak juga akan meningkat.
Selain itu, pengembangan industri hilir dapat menarik minat investor asing yang ingin berpartisipasi dalam pasar Indonesia. Hal ini tidak hanya menciptakan lapangan kerja, tetapi juga meningkatkan kualitas tenaga kerja melalui pelatihan dan pendidikan.
Bahlil menutup pembicaraan dengan menekankan bahwa Indonesia kini menjadi eksportir terbesar di dunia untuk produk hilir nikel. Hal ini merupakan pencapaian penting yang memperkuat posisi Indonesia dalam peta ekonomi global.