Amazon berencana melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) yang akan mempengaruhi sekitar 14 ribu karyawan di seluruh unit korporatnya. Kebijakan tersebut diumumkan pada akhir Oktober 2025 oleh perusahaan, menandakan langkah strategis untuk menghadapi tantangan di era digital yang semakin berkembang.
Pengumuman ini disampaikan oleh Beth Galetti, seorang eksekutif senior di Amazon. Menurutnya, keputusan ini bertujuan untuk mengurangi birokrasi serta meningkatkan efisiensi operasional perusahaan dalam rangka mengalihkan sumber daya untuk investasi yang lebih menjanjikan.
Dalam keterangan resmi, Galetti mengungkapkan bahwa meskipun ada pengurangan tenaga kerja, seluruh karyawan diberi kesempatan untuk mencari lowongan baru di dalam perusahaan selama 90 hari. Ini menunjukkan komitmen Amazon untuk mendukung karyawan yang terdampak dalam transisi karir mereka.
Langkah ini tidak mengejutkan banyak pihak, terutama mengingat pernyataan CEO Andy Jassy pada Juni 2025. Di dalam pesannya, Jassy menekankan potensi teknologi AI generatif sebagai salah satu kunci untuk meningkatkan efisiensi dan mendukung transformasi strategis perusahaan.
Dengan langkah ini, Amazon tengah memasuki fase baru di mana mereka berupaya memanfaatkan kecerdasan buatan untuk mengoptimalkan berbagai operasi. Meskipun perusahaan masih dalam posisi yang kuat di pasar, penggunaan AI dapat mempengaruhi kebutuhan tenaga kerja di masa depan.
Andy Jassy menyoroti pentingnya investasi dalam alat-alat teknologi canggih untuk meningkatkan produktivitas. Namun, jika ini tidak diimbangi dengan strategi pengelolaan sumber daya manusia yang baik, maka akan ada implikasi besar bagi jumlah pekerjaan yang tersedia.
Kelly Nantel, juru bicara Amazon, menambahkan bahwa meski AI menjadi bagian dari strategi perusahaan, ia bukanlah penyebab utama di balik PHK tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan untuk meningkatkan efisiensi operasional tetap menjadi prioritas utama bagi Amazon.
Galetti juga menyatakan dalam memo internalnya bahwa meskipun ada pengurangan jumlah karyawan, Amazon berencana untuk tetap melakukan perekrutan di sektor-sektor kunci pada tahun 2026. Ini menunjukkan bahwa pergeseran dalam model bisnis yang menggunakan teknologi tidak berarti perusahaan menjadi sepenuhnya tergantung pada otomatisasi.
Namun, ketidakpastian di masa depan tetap ada, mengingat Amazon berusaha meraih tingkat efisiensi yang lebih tinggi. Oleh karena itu, ada kemungkinan lebih banyak PHK akan terjadi seiring dengan perubahan strategi perusahaan.
Strategi Transformasi Digital Amazon di Era Kecerdasan Buatan
Transformasi digital adalah hal yang tidak terhindarkan, dan Amazon tampaknya sedang berusaha untuk menjadi pelopor dalam hal ini. Dengan investasi yang besar dalam teknologi AI, Amazon berharap bisa menyediakan produk dan layanan yang lebih inovatif dan efisien.
Penerapan AI dalam perusahaan memungkinkan Amazon untuk menyederhanakan proses kerja, mengurangi biaya operasional, dan meningkatkan kuantitas serta kualitas layanan. Hal ini pun berpotensi menjadikan Amazon lebih kompetitif dalam industri e-commerce yang sangat dinamis.
Pentingnya teknologi dalam operasional perusahaan semakin terlihat ketika berbagai tantangan muncul di pasar. Dengan memanfaatkan alat AI dan otomatisasi lainnya, Amazon bisa mengantisipasi kebutuhan pelanggan dan menyediakan solusi yang lebih cepat dan tepat.
Meski demikian, tanggung jawab sosial perusahaan tidak dapat diabaikan. PHK yang signifikan dapat memberikan dampak jangka panjang terhadap moral perusahaan dan citra publik, yang harus dikelola dengan bijaksana oleh manajemen.
Di sinilah pentingnya komunikasi yang jelas antara manajemen dan karyawan. Informasi yang transparan tentang rencana perusahaan dan bagaimana karyawan bisa berkontribusi pada visi baru penting untuk menjaga kepercayaan dan loyalitas tim.
Implikasi dari PHK dalam Konteks Ekonomi Global
PHK yang dilakukan oleh Amazon bukanlah fenomena yang terisolasi. Banyak perusahaan besar lainnya juga melakukan langkah serupa di tengah ketidakpastian ekonomi global. Ini memberikan sinyal bahwa perusahaan-perusahaan besar sedang beradaptasi dengan perubahan yang cepat di pasar tenaga kerja.
Ketidakpastian ekonomi sering kali menyebabkan perusahaan berusaha meminimalkan biaya sambil tetap berfokus pada pertumbuhan. Oleh karena itu, PHK menjadi salah satu strategi yang dipilih meskipun tidak selalu diterima dengan baik oleh publik dan karyawan.
Masyarakat luas perlu menyadari bahwa perubahan dalam strategi bisnis sering kali melibatkan risiko dan keputusan sulit. Karyawan dan pemangku kepentingan lainnya harus siap untuk beradaptasi dan mencari peluang baru di tengah perubahan yang ada.
Investasi dalam pelatihan dan pengembangan keterampilan baru juga menjadi semakin penting. Perusahaan yang berkomitmen untuk memperkuat keterampilan tenaga kerjanya akan memiliki keunggulan dalam menghadapi tantangan yang muncul dari inovasi teknologi.
Oleh sebab itu, meningkatkan integrasi antara teknologi dan sumber daya manusia harus dilihat sebagai peluang, bukan hanya tantangan. Dengan melakukan hal ini, perusahaan dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih berkelanjutan dan inovatif.
Pentingnya Kebijakan Sumber Daya Manusia yang Proaktif
Dalam menghadapi perubahan besar seperti ini, kebijakan sumber daya manusia yang proaktif menjadi sangat penting. Manajemen perlu mengambil langkah-langkah untuk memastikan bahwa semua karyawan berada dalam posisi yang baik untuk beradaptasi dengan perubahan.
Pengembangan program pelatihan yang berkelanjutan dapat membantu meningkatkan keterampilan karyawan dan mempersiapkan mereka untuk menghadapi berbagai tantangan baru. Hal ini juga menciptakan budaya yang menghargai inovasi dan fleksibilitas.
Karyawan yang merasa didukung dalam pengembangan karir mereka cenderung lebih loyal kepada perusahaan. Inisiatif ini akan membantu mengurangi dampak negatif dari PHK dan menciptakan lingkungan kerja yang lebih positif.
Komunikasi yang terbuka mengenai tujuan perusahaan dan bagaimana setiap individu dapat berkontribusi menjadi elemen kunci dalam menciptakan rasa memiliki di antara tim. Kesadaran mengenai visi bersama akan meningkatkan motivasi dan keterlibatan karyawan.
Secara keseluruhan, manajemen yang baik dan kebijakan sumber daya manusia yang tepat dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap kesuksesan perusahaan di era yang serba cepat ini.




