Jakarta, saat ini nilai tukar rupiah menunjukkan penguatan yang signifikan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di awal pekan ini. Data terbaru memperlihatkan bahwa pada perdagangan Senin (27/10/2025), rupiah dibuka pada posisi Rp16.580 per US$, dengan kenaikan sebesar 0,06% dibandingkan hari sebelumnya.
Selain itu, pada Jumat (24/10/2025), rupiah juga berhasil menguat sebesar 0,15%, menutup perdagangan pada level Rp16.590. Ini menjadi sinyal positif di tengah berbagai tantangan ekonomi global yang dihadapi saat ini.
Indeks dolar AS (DXY) mengalami penurunan pada minggu ini, mencatat pelemahan hingga 0,09% di level 98,864. Fluktuasi ini menciptakan dampak langsung terhadap nilai tukar rupiah saat ini.
Pengaruh Geopolitik Terhadap Pasar Keuangan Global
Geopolitik terus memberikan tekanan pada pasar, terutama setelah pemerintah AS memberlakukan larangan terhadap perusahaan minyak besar Rusia, yaitu Rosneft PJSC dan Lukoil PJSC. Kebijakan ini memicu ketegangan yang tidak hanya mempengaruhi pasar minyak, tetapi juga mengguncang kepercayaan pasar global.
Akibat larangan ini, harga minyak dunia mengalami lonjakan yang tajam, menciptakan ketidakstabilan di sektor energi. Hal ini diperkirakan akan mengubah dinamika pasar, memengaruhi keputusan politik dan ekonomi di banyak negara, termasuk Indonesia.
Fluktuasi ini juga menciptakan nuansa ketidakpastian yang dapat berdampak pada investasi. Para pelaku pasar harus lebih berhati-hati dan cermat dalam menganalisis dampak dari setiap perkembangan yang terjadi di arena internasional.
Kondisi Makroekonomi dan Dampaknya Terhadap Inflasi
Dari sisi makroekonomi, data inflasi konsumen (CPI) di AS menunjukkan kenaikan sebesar 3,0% secara tahunan dan 0,4% secara bulanan untuk bulan September. Meskipun angka ini menunjukkan adanya inflasi, namun tidak sesuai dengan ekspektasi pasar yang memperkirakan angka inflasi mencapai 3,1%.
Data ini bisa menjadi indikator bagi Bank Sentral AS dalam menentukan arah kebijakan moneter di masa mendatang. Dengan tingkat inflasi yang lebih rendah dari yang diperkirakan, spekulasi mengenai kemungkinan pelonggaran kebijakan oleh The Federal Reserve semakin kuat.
Diharapkan, pernyataan The Fed di masa mendatang akan mencerminkan kondisi ekonomi yang aktual. Pasar akan terus memantau dengan seksama untuk merespons setiap langkah yang diambil oleh bank sentral ini.
Antisipasi Hasil Rapat Federal Open Market Committee (FOMC)
Pasar kini tengah menunggu hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC) yang dijadwalkan berlangsung pada 29-30 Oktober 2025. Hasil rapat ini akan mempengaruhi keputusan suku bunga yang diambil oleh The Federal Reserve, dan dampaknya dapat terasa tidak hanya di AS tetapi juga di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Berdasarkan analisis terbaru, terdapat probabilitas 98,1% bahwa The Fed akan memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin. Jika pemangkasan suku bunga terjadi, hal ini berpotensi untuk menekan nilai dolar AS secara signifikan.
Penurunan nilai dolar AS dapat menciptakan ruang bagi rupiah untuk menguat lebih lanjut. Ini tentu menjadi perhatian membantu bagi para pelaku pasar dan investor yang berfokus pada aset berisiko di pasar negara berkembang.




