Transformasi menuju ekonomi hijau menjadi isu sentral dalam pengembangan ketenagakerjaan di Indonesia. Menteri Ketenagakerjaan, Yassierli, menekankan pentingnya mempersiapkan tenaga kerja agar mampu beradaptasi dengan perubahan yang diakibatkan oleh perkembangan ini.
Dalam acara Indonesia International Sustainability Forum di Jakarta, Yassierli menyatakan bahwa transisi hijau bukan hanya sekadar agenda lingkungan, tetapi juga merupakan peluang untuk menciptakan pekerjaan yang layak serta memperkuat kompetensi di kalangan tenaga kerja. Hal ini membuka jalan bagi terbangunnya ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
“Kami menyadari bahwa keberhasilan transisi hijau bergantung pada kesiapan sumber daya manusia. Oleh karena itu, kami berkomitmen untuk memastikan setiap pekerja memiliki kesempatan untuk meningkatkan keterampilannya,” kata Yassierli.
Pentingnya Pengembangan Keterampilan Tenaga Kerja dalam Ekonomi Hijau
Keberhasilan transisi hijau sangat terkait dengan pengembangan kompetensi tenaga kerja. Untuk itu, Kementerian Ketenagakerjaan mempercepat program peningkatan keterampilan melalui upskilling dan reskilling yang fokus pada keterampilan hijau.
Melalui langkah ini, Kemnaker berupaya menciptakan SDM yang siap menghadapi tantangan di era ekonomi berkelanjutan. Pelatihan ini dirancang untuk menciptakan tenaga kerja yang tangguh dan berdaya saing dalam menghadapi kebutuhan industri masa depan.
Dalam rangka memperkuat ekosistem pelatihan hijau, Kemnaker juga mengajak dunia usaha, perguruan tinggi, serta organisasi internasional untuk berkolaborasi. Kolaborasi ini diharapkan dapat memperluas jangkauan pelatihan hijau dan mempercepat transformasi Balai Latihan Kerja (BLK) menjadi pusat pelatihan yang adaptif.
Kemitraan Strategis dalam Mewujudkan Ekonomi Hijau
Kemitraan antara Kementerian Ketenagakerjaan dengan dunia usaha dan lembaga pendidikan sangat penting dalam menciptakan ekosistem yang mendukung ekonomi hijau. Melalui kerja sama ini, program pelatihan dapat disesuaikan dengan kebutuhan industri.
Pelatihan hijau yang berkualitas akan membuka akses lebih luas kepada tenaga kerja di berbagai daerah. Langkah ini diharapkan dapat mengurangi kesenjangan keterampilan di pasar kerja dan memastikan bahwa tidak ada pekerja yang tertinggal dalam proses transisi ini.
“Transformasi BLK ke arah pelatihan hijau sangat strategis. Kami ingin mencetak SDM yang memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan yang terjadi,” ujar Yassierli.
Fokus pada Manusia dalam Transisi Ekonomi Hijau
Yassierli menegaskan bahwa transisi menuju ekonomi hijau harus berpusat pada manusia. Setiap pekerja perlu dilindungi dalam proses perubahan ini, sehingga tidak ada satu pun yang tertinggal.
Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk menciptakan pekerjaan berkualitas yang tidak hanya menguntungkan pihak tertentu, tetapi juga seluruh masyarakat. Dengan demikian, ketahanan ekonomi akan diperkuat dan kebutuhan sosial masyarakat dapat terpenuhi.
“Transisi ini bukan hanya sekadar agenda lingkungan, tetapi bagian integral dari strategi pembangunan nasional untuk mencapai masa depan yang lebih berkelanjutan,” tegasnya.




