Insiden keracunan makanan yang dialami oleh siswa di Kecamatan Saptosari, Kabupaten Gunungkidul, DIY, menjadi sorotan banyak pihak. Sebanyak 80 siswa sempat mengalami gejala keracunan setelah menyantap hidangan dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diadakan pada Selasa siang.
Namun, kabar baiknya, semua siswa dan guru yang terdampak kini telah sembuh dan kembali ke rumah masing-masing. Perkembangan positif ini disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul, Ismono.
“Ada satu siswa yang terakhir dirawat, namun sudah diperbolehkan pulang,” jelasnya. Lia Fifiana Putri, siswa yang sebelumnya menjalani perawatan di RSUD, kini sudah kembali ceria.
Rincian Insiden Keracunan di Saptosari
Pada Selasa, 28 Oktober, sejumlah siswa di SMPN 1 Saptosari mulai merasakan gejala seperti mual, pusing, muntah, dan diare setelah mendapatkan makanan dari program MBG. Meskipun awalnya informasi menyebutkan ratusan siswa yang terpengaruh, jumlah sebenarnya jauh lebih sedikit.
Dari pengamatan, sebanyak 40 siswa dari SMPN 1 Saptosari dibawa ke RSUD Gunungkidul, dan 40 lainnya mendapatkan perawatan di Puskesmas Saptosari. Sebagian besar siswa mulai menunjukkan gejala pada malam hari setelah makan.
Pihak sekolah dan orang tua merasa cukup khawatir dengan insiden tersebut. Namun, dengan pemulihan cepat yang dialami para siswa, kekhawatiran mulai mereda. Dinas Kesehatan berupaya memastikan kejadian ini tidak terulang lagi di masa mendatang.
Tindakan Penanganan oleh Dinas Kesehatan
Untuk menyelidiki penyebab pasti dari insiden ini, Dinas Kesehatan Gunungkidul melakukan pengumpulan sampel dari makanan yang disajikan, serta muntahan dan feses siswa yang terdampak. Hal ini dilakukan untuk pemeriksaan laboratorium lebih lanjut.
Makanan yang disajikan dalam program MBG hari itu terdiri dari nasi, gulai ayam, tahu goreng, dan potongan buah melon. Tim kesehatan langsung bertindak cepat untuk melakukan analisis terhadap bahan makanan tersebut.
Selain itu, Dapur penyedia makanan yang melayani wilayah Planjan juga dihentikan operasionalnya hingga hasil pemeriksaan laboratorium selesai. Dengan langkah proaktif ini, Dinas Kesehatan berharap bisa mencegah kejadian serupa di masa depan.
Pemulihan Siswa dan Rencana Keamanan Pangan
Salah satu siswa yang paling terakhir dirawat, yakni Lia, mengalami keluhan lemas akibat dehidrasi. Namun, saat ini, Lia sudah pulih sepenuhnya dan bahkan sudah kembali menikmati sarapan. Ini menunjukkan bahwa perawatan yang diberikan telah efektif.
Dengan kembalinya semua siswa dan guru dalam keadaan sehat, Dinas Kesehatan berencana untuk terus memonitor keamanan pangan dalam setiap program Makan Bergizi Gratis. Hal ini dilakukan untuk menjamin bahwa setiap makanan yang disajikan aman dan layak konsumsi.
Keseluruhan pihak yang terlibat dalam program MBG diharapkan dapat bekerja lebih baik lagi dalam memastikan standar keamanan pangan. Dengan adanya pengawasan yang lebih ketat, insiden keracunan serupa bisa dihindari.




